DI SUMBER MATA AIR GEDAREN, SUMBERGIRI, PONJONG, GUNUNGKIDUL
Bagi manusia, air merupakan kebutuhan utama. Dalam kehidupan sehari-hari
, manusia menggunakan air untuk mencuci, memasak, air minum (kebutuhan
rumah tangga), pertanian, peternakan, industri maupun sebagai alat
transportasi.
Di desa Sumbergiri, Kecamatan Ponjong, Kabupaten Gunungkidul suatu
daerah dimana saya tinggal, air merupakan hal pokok yang sangat
dibutuhkan masyarakat. Desa Sumbergiri terdiri dari 11 dusun yang mana
kondisi geografisnya bergunung-gunung. Sumber mata air di desa ini
adalah sumber mata air Gedaren. Dari sumber mata air inilah, kebutuhan
air masyarakat desa Sumbergiri terpenuhi.
Gb.1 Sumber Mata Air Gedaren
A. Permasalahan Kualitas dan Kuantitas Air
Kondisi geografis yang bergunung ini tidak berarti bahwa banyak sumber
mata air yang keluar. Tidak setiap rumah penduduk memiliki sumur untuk
memenuhi kebutuhan airnya, sumur-sumur biasanya ditemui di rumah
penduduk yang ada di bantaran sungai atau aliran air sedangkan rumah
penduduk yang jauh dari aliran sungai jarang sekali yang memiliki sumur.
Hal ini dikarenakan saat pengeboran tidak ditemukan air dan biasanya
terhalang oleh batuan (air tanah sangat sedikit jumlahnya atau bahkan
tidak keluar).
Adanya dua musim (kemarau dan penghujan) di wilayah Indonesia ini,
membuat kuantitas air di sumber mata air Gedaren tidak tetap debitnya.
Pada musim kemarau, debit air yang keluar dari mata air sedikit
jumlahnya sedangkan pada musim penghujan jumlah debit air melimpah.
Untuk memenuhi kebutuhan air masyarakat setempat, aparat/perangkat desa
membuat saluran air menggunakan pipa (selang) yang ditujukan ke
rumah-rumah penduduk. Air yang disalurkan adalah air yang langsung
keluar dari mata air. Proses penyaluran ini tidak melalui proses
sedimentasi, filtrasi, maupun penjernihan. Air yang keluar dari mata air
ditampung dalam penampung, kemudian disalurkan melalui pipa/selang
menuju rumah penduduk.
Banyaknya dusun di desa ini, menyebabkan penyaluran air di atur waktunya
agar semua dusun terjangkau atau mendapat jatah air. Di dusun tempat
saya tinggal, penyaluran air dari sumber mata air Gedaren dilakukan
setiap hari namun tidak 24 jam melainkan hanya dari pukul 6 sampai
sembilan pagi.
Pada musim kemarau, penyaluran air terkadang tidak merata. Seperti
halnya untuk daerah di lereng gunung, air yang dialirkan melalui pipa
terkadang tidak sampai ditempat tujuan (menanjak akan tetapi daya dorong
air rendah). Hal ini dikarenakan debit air yang menurun sehingga air
yang melewati pipa tidak sampai di daerah yang dituju.
Pada saat musim penghujan, jumlah debit air yang keluar dari mata air
Gedaren cukup melimpah. Hal ini dikarenakan curah hujan yang cukup
tinggi sehingga air yang terserap dalam tanah cukup banyak. Jumlah air
yang melimpah ini, menguntungkan masyarakat karena air dapat mengalir
sampai 24 jam setiap harinya.
Akan tetapi, pada musim penghujan air yang disalurkan ke rumah-rumah
penduduk kualitasnya buruk karena air tersebut mengandung zat tanin pada
kayu dan humus sehingga menyebabkan warna air menjadi kuning keruh.
Padahal air yang ideal memiliki kriteria :
• jernih
• tidak berwarna
• tidak berbau
• tidak berasa
• tidak mengandung kuman dan zat-zat yang berbahaya
Kualitas air yang menurun ini kurang baik untuk pemenuhan kebutuhan
sehari-hari seperti memasak dan MCK. Untuk mengatasi masalah ini,
masyarakat biasanya menampung air tersebut terlebih dahulu sehingga
lumpur mengendap dan air bersih dapat dimanfaatkan.
Selain itu, kegiatan masyarakat setempat yang mencuci dan mandi di
sungai menyebabkan pencemaran pada air. Akan tetapi pencemaran yang
ditimbulkan tidak berdampak besar karena limbah detergen akan terdorong
keluar (akibat daya dorong air) sehingga tidak mencemari sumber mata air
lagipula antara sumber mata air dan tempat mandi dan mencuci letaknya
terpisah (jauh dari sumber mata air).
B. Kebiasaan Lokal Masyarakat
Adanya masalah tentang kualitas dan kuantitas air tersebut memacu masyarakat untuk mengatasinya.
1. Kuantitas Air
Untuk mengatasi masalah kuantitas air khususnya pada musim kemarau,
dimana debit air yang keluar dari sumber mata air Gedaren menurun
jumlahnya, penduduk yang tidak mendapat air (tidak terjangkau aliran
air) membeli air bersih pada truk tanki yang mendistribusikan air bersih
dan menampungnya ke dalam bak penampung dirumahnya. Jadi, kebutahan air
untuk kegiatan sehari-hari bisa terpenuhi.
Namun, seperti kita ketahui bahwa tahun ini wilayah Indonesia mengalami
musim hujan sepanjang tahun, hal ini menyebabkan debit air di sumber
Gedaren meningkat dengan demikian kebutuhan air masyarakat cukup
terpenuhi sehingga tidak perlu membeli air bersih.
Kebiasaan lain masyarakat di sekitar sumber mata air Gedaren adalah
penduduk biasanya mandi dan mencuci baju di sana. Pemerintah desa telah
membangun sarana untuk masyarakat yaitu dengan membendung sumber mata
air dan menyekat aliran air tempat mandi dan mencuci baju menjadi 2
yaitu untuk laki-laki dan perempuan.
2. Kualitas Air
Pada musim penghujan, kualitas air dari sumber mata air Gedaren menurun.
Hal ini ditandai dengan warna air yang awalnya jernih (pada musim
kemarau) menjadi kuning keruh karena pengaruh resapan air hujan yang
mengandung tanin pada kayu dan humus. Untuk mengatasi masalah ini,
masyarakat biasanya menampung air yang tersalur ke rumahnya untuk
sementara agar zat yang terangkut air mengendap sehingga air menjadi
jernih sehingga dapat digunakan. Masyarakat dan pemerintah desa tidak
menggunakan bahan kimia untuk menjernihkan air.
Air di daerah GunungKidul banyak mengandung zat kapur yang dapat
berdampak pada kesehatan terutama pada organ tubuh yaitu ginjal. Oleh
karena itu khusus untuk air minum, masyarakat biasanya menyaring air
rebusan menggunakan kain putih sebelum dimasukkan ke dalam termos. Hal
ini bertujuan untuk meminimalisir zat kapur yang terdapat dalam air
minum dan mengendap pada alat penangas, sehingga air minum layak untuk
dikonsumsi.
C. Peran Dalam Mengatasi Masalah Kualitas dan Kuantitas Air
Usaha yang saya lakukan untuk ikut serta dalam mengatasi masalah menganai kualitas dan kuantitas air diantaranya :
a. Ikut menjaga kelestarian lingkungan, memperluas jumlah serapan air dengan cara tidak menebang pohon di daerah serapan air
b. Mengurangi pencemaran air, yaitu dengan tidak mencuci pakaian di aliran sungai
c. Melakukan proses sedimentasi terhadap air yang keruh (mengandung humus) pada bak penampungan sebelum digunakan
d. Meminimalisir kadar zat kapur pada air minum dengan cara meminum air mineral (galon)
e. Menggunakan air seperlunya saja (tidak boros air)