Laporan wartawan Tribun Jambi, Suang Sitanggang
MUARA BULIAN, TRIBUNJAMBI.COM- Petani padi sawah di Kecamatan Maro Sebo Ulu, Kabupaten Batanghari mencemaskan kondisi meluapnya air sungai. Mereka khawatir padi yang sudah ditanam akan mati, karena sawah sudah terendam beberapa hari ini.
Data yang diperoleh Tribun dari Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Batanghari, sawah yang sudah terendam berada di dua desa, yakni Desa Teluk Leban dan Desa Batu Sawar. Total luas sawah yang terendam di kedua desa itu mencapai 115 hektar.
"Laporan yang kami dapat baru di dua desa itu. Di Desa Teluk Leban sudah terendam banjir seluas 80 hektar, dan di Desa Batu Sawar 35 hektar," kata Hayatul Islami, Kadis Pertanian dan Tanaman Pangan Batanghari kepada Tribun, Jumat (6/5).
Dijelaskannya, tanaman padi sawah yang terendam beberapa hari itu baru berusia di bawah satu bulan. Bila luapan air sungai tidak juga surut dalam satu minggu lagi, kemungkinan besar padi yang menggunakan bibit lokal itu akan mati. "Tapi kalau dalam dua atau tiga hari ini sungai sudah surut, masih bisa diselamatkan," ungkapnya.
Sawah yang terendam kemungkinan masih banyak lagi, namun belum dilaporkan oleh masyarakat atau petugas di lapangan. "Mungkin masih ada, kami akan kroscek lagi ke lapangan untuk memastikannya, dan menganalisa kerugian yang dialami petani," ucapnya.
Meluapnya Sungai Batanghari dan beberapa anak sungai tidak menyebabkan terlalu luas lahan sawah yang terendam. Hal tersebut karena mayoritas petani sawah di Batanghari belum memasuki musim tanam. Sebagian besar akan mulai tanam pada Juni mendatang.
"Sebagian besar yang terendam ini karena mereka menanam lebih cepat dari biasanya. Mungkin karena di bagian hulunya (Tebo) sudah musim tanam, lalu petani kita sebagian ikut mulai menanam," tuturnya.
Pemayung Waspada
Ketinggian air Sungai Batanghari dan beberapa anak sungainya mulai kemarin berangsur-angsur surut. Pantauan Tribun di Muara Bulian, ketinggian air sudah berkurang sekitar 40 sentimeter bila dibandingkan dengan kondisi dua hari sebelumnya.
Nopriadi, warga RT 09 Kelurahan Pasar Baru, yang sudah hampir seminggu halaman rumahnya digenangi air setinggi paha orang dewasa mengatakan air mulai surut sejak Kamis malam. "Kalau kecepatan air surut seperti ini, mungkin tiga hari lagi normal," katanya.
Sekretariat Satuan Pelaksana Penanggulangan Bencana (Satlak PB), yang berada di kantor Kesbangpol Linmas, juga menyebut banjir yang terjadi di beberapa desa di Kabupaten Batanghari sudah berkurang. Satlak meyakini kondisi akan pulih dalam waktu dekat bila intensitas hujan berkurang.
"Namun setelah banjir di bagian hulu mulai surut, yang kini harus waspada adalah yang berada di bagian hilir, yaitu di Kecamatan Pemayung," kata Sulaiman Efendi, Kakan Kesbangpol Linmas Batanghari.
Ia mengungkapkan demikian mengingat banjir yang terjadi, merupakan banjir kiriman, yakni akibat meluapnya sungai di bagian hulu. "Kalau di hulu sudah mulai turun, berarti di bagian hilir akan semakin naik. Kami imbau warga Pemayung yang berada di sepanjang bantaran sungai agar mulai waspada," ucapnya.
Sampai kemarin, kondisi di Kecamatan Pemayung belum mengkhawatirkan. Sudah ada belasan rumah yang halamannya terendam, namun belum sampai mengganggu aktivitas warga disana. "Sampai saat ini warga belum resah. Kalau tidak terjadi hujan deras dalam beberapa hari ini, luapan sungai di bagian hulu dan hilir akan cepat turunnya," jelasnya.
Di Kecamatan ini, kemungkinan sawah yang akan terendam banjir sangat kecil, mengingat petani yang mempunyai sawah di dekat sungai belum mulai menanam padi. "Di Kecamatan Pemayung sampai sekarang belum mulai menanam," kata Hayatul.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar