Kamis, 24 Maret 2011
Hamid, penjaga air warga Situbondo
Iya desa tersebut terkenal paceklik air bersih karena kondisi alam yang tandus dan gersang. Apabila warga ingin mengambil air, mereka harus menempuh jarak berkilo-kilometer.
Untung ada Hamid. Pria berusia 60 tahun ini tak kenal lelah setiap hari mengecek aliran air tersebut agar tidak tersumbat oleh kotoran. Dengan setia, tangan rentanya mengambil kotoran dan menembel selang yang mengaliri air bersih ke desanya.
Saat ditemui beberapa waktu lalu, Hamid menceritakan awal membuat saluran air tersebut. Semula dia hanya menggunakan bambu yang disambungkan hingga beberapa kilometer dari sumber air dari atas Gunung Ceteng menuju permukiman warga.
Upayanya gagal akibat bambu yang dipasang untuk mengalirkan air rusak diterjang angin dan tersumbat kotoran, kendati setiap hari Hamid mengontrol bambu tersebut agar air berjalan lancar.
Hamid pun kemudian berpikir untuk menemukan solusinya dengan menyambung menggunakan selang. Ternyata selang tersebut sangat cocok dan pas untuk mendistribusikan air ke perumahan warga.
Upaya dan prakarsa Hamid kemudian didukung warga, kendati semula warga mencibir rencnanya itu. Merasakan manfaatnya, warga akhirnya peduli dan bergotong royong untuk pembuatan selang air bersih.
Maisaroh, salah seorang warga, mengaku senang dengan kerja keras Hamid. Karena atas prakarsa tersebut, kini ratusan rumah warga tak lagi kesulitan air bersih.
“Saya tidak perlu lagi mengambil air di sungai untuk kebutuhan makan, cuci, dan kakus (MCK),” papar Maisaroh saat ditemui terpisah.
Kendati telah obsesinya terwujud, di usia uzur bapak tiga anak ini tanpa pamrih tetap menjaga sarana air itu. Setiap hari mengecek selang air manakala ada yang tersumbat atau rusak kendati harus menempuh jarak hingga 20 kilometer naik turun gunung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar