Untuk bisa menikmati listrik, ahirnya 200,an warga di kampung tersebut berinisiatif membangun sebuah kincir air atau turbin yang terbuat dari kayu, dialiran sungai kecil tak jauh dari kampungnya.
Engkos (42), salah seorang warga di kampung tersebut menuturkan, warga di kampungnya cukup puas. Namun demikian, untuk bisa menikmati listrik secara maksimal warga tetap menggantungkannya pada arus air. "Ya kalau air deras karena hujan, kami bisa melihat televisi meskipun gambar tidak jelas. Untuk lampu penerangan, ya lumayan lah �mung� 5 watt mah asal kacaangan," ujar Engkos kepada onlineberita, Jumat (29/4).
Dijelaskan Engkos, untuk membuat aliran listrik dengan daya maksimal, warga dikampungnya tak sanggup membuat turbin ukuran besar. Sebab katanya, harus menembus hutan, lembah dan sungai serta jalannya yang curam dengan jarak berkilo-kilo. "Belum lagi biaya kabel. Wah biayanya sangat mahal. Warga disini tidak sanggup," tukasnya.
Sementara itu Kepala Desa Sukamanah, Rudi, yang dihubungi onlineberita pertelepon membenarkan keadaan tersebut. Bahkan dirinya mengaku sudah beberapa kali mengajukan permohonan bantuan program listrik kepada Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sukabumi, namun hingga saat ini belum ada jawaban. "Mungkin karena lokasinya yang sangat tidak memungkinkan. Namun yang jelas kami terus berusaha," ujarnya.
Kampung Cisarua terletak di lembah yang cukup curam, jauh dan terpencil, bahkan sangat tak terbayangkan ada masyarakat yang hidup disana secara turun temurun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar