Air bersih
JAKARTA – PT Aetra menjelaskan kendala yang
dialami perusahaan untuk menyediakan air baku terkendala banyak hal.
Namun yang paling kritis saat ini adalah memburuknya kondisi Tarum Barat
atau Kali Malang Senior Manager Proyek Grup PT Aetra Lintong Hutasoit menjelaskan, kendala sumber pasokan air baku dari Waduk Jatiluhur saat ini mulai kotor. Padahal pihaknya membayar Rp3,5 miliar dari Perum Jasa Tirta II setiap bulannya untuk pasokan air baku ini. “Sehingga menyebabkan instalasi pipa perlu perbaikan dan terparah mengurangi pasokan,” ungkapnya.
Kendala lainnya adalah saat ini sepanjang 77 kilometer Kali Malang mulai terkontaminasi oleh kali lain yang terhubung langsung dengan kali ini. ”Terdapat tiga kali yang crossing di antaranya kali Cibeet, Kali Cikarang, namun yang kontribusi paling tinggi adalah Kali Bekasi,” kata dia di kantor PT Aetra di Pulogadung, Jakarta Timur, Senin (10/5/2010).
Pencemaran di Kali Malang ini menurutunya terjadi baik berupa limbah maupun sampah. ”Sampah asalnya dari mana-mana, sedangkan pencemaran limbah kebanyakan dari pabrik di Bekasi,” ujarnya.Terlihat dari kali Bekasi yang berkontribusi pencemaran limbah terbanyak.
Kondisi air baku perusahaan Aetra dari Kali Malang ini sudah mulai berlumpur. Sedangkan pasokan alternatif tidak memungkinkan lagi seperti dari Kali Sunter yang kondisinya lebih parah.
Presiden Direktur PT Aetra Syahril Japarin menjelaskan kendala krisis air belakangan ini juga karena terendamnya saluran instalasi pengolahan air (IPA) Pulogadung pada 5 Mei lalu. Namun sebelumnya kualitas dan kuantitas air memang sudah menurun sejak April 2010 akibat kandungan organik dan ammonia dari pencemaran di Kali Bekasi. ”Sepanjang 2010 gangguan produksi air baku mencapai 73,4 persen atau sebanyak 2,7 juta meter kubik,” ungkapnya.
Padahal perusahaan air minum ini dituntut memenuhi kebutuhan masyarakat yang semakin besar. ”Perusahaan air minum tergantung dengan kualitas dan kuantitas air baku serta keberlangsungan pasokan listrik,” pungkasnya.
PT Aetra merupakan rekanan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk memasok air baku untuk wilayah sebelah timur Jakarta, seperti Jakarta Timur secara menyeluruh, 25 persen wilayah Jakarta Pusat dan 95 persen di Jakarta Utara. Kendala lainnya adalan banyaknya pencurian air dari instalasi ilegal. PT Aetra mencatat ada 600 ribu meter kubik yang hilang setiap bulannya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar