Selasa, 22 Maret 2011
net
Ban Ki-moon, Sekjen PBB
JAKARTA -
Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-Moon mengemukakan, akibat ketersediaan
air bersih, di banyak negara perempuan justru terpaksa putus sekolah.
Bukan hanya itu, kaum hawa ini juga dilecehkan saat membawa air atau
sekedar mengunjungi kamar mandi umum.
Mirisnya, gara-gara air bersih penduduk miskin kerapkali harus membeli air dari pedagang tak resmi dengan harga yang lebih tinggi dari penduduk kaya.
"Ini tidak dapat diterima," kata Ban Ki-Moon dalam pesannya pada Hari Air Sedunia, Selasa (22/3/2011).
Atas hal tersebut, Ban Ki Moon mendesak pemerintah di seluruh negara untuk mengakui krisis air yang melanda perkotaan ini. Krisis tersebut akibat lemah dan buruknya pengelolaan tata pemerintahan.
"Marilah kita berjanji untuk menghentikan penderitaan bagi 800 juta orang di dunia yang tidak memiliki akses terhadap air minum atau sanitasi yang mereka butuhkan untuk kehidupan yang lebih bermartabat dan kesehatan yang baik," ujarnya.
Grafik masa depan yang berkelanjutan dipengaruhi oleh air, makanan dan energi. Tiga hal tersebut merupakan tantangan yang paling berat dihadapi.
"Dalam lebih satu generasi, 60 persen dari populasi dunia akan tinggal di kota dan perkotaan dengan banyak peningkatan yang terjadi di daerah kumuh dan pemukiman liar di negara berkembang," ujarnya.
Tema Hari Air Sedunia pada tahun ini "Air Untuk Perkotaan". Urbanisasi membawa peluang untuk pengelolaan air yang lebih efisien dan memperbaiki akses terhadap air minum dan sanitasi. Dalam dekade terakhir, jumlah penduduk kota yang tidak memiliki akses ke air pipa di rumah mereka adatu di sekitar mereka telah meningkat sekitar 114 juta dan jumlah dari mereka yang tidak memiliki akses ke fasilitas sanitasi paling mendasar telah meningkat 134 juta.
Kenaikan sebesar 20 persen, kata Ban Ki-Moon, telah memiliki sebuah dampak yang besar terhadap kesehatan manusia dan produktivitas ekonomi antara lain orang menjadi sakit sehingga tidak dapat bekerja.
Mirisnya, gara-gara air bersih penduduk miskin kerapkali harus membeli air dari pedagang tak resmi dengan harga yang lebih tinggi dari penduduk kaya.
"Ini tidak dapat diterima," kata Ban Ki-Moon dalam pesannya pada Hari Air Sedunia, Selasa (22/3/2011).
Atas hal tersebut, Ban Ki Moon mendesak pemerintah di seluruh negara untuk mengakui krisis air yang melanda perkotaan ini. Krisis tersebut akibat lemah dan buruknya pengelolaan tata pemerintahan.
"Marilah kita berjanji untuk menghentikan penderitaan bagi 800 juta orang di dunia yang tidak memiliki akses terhadap air minum atau sanitasi yang mereka butuhkan untuk kehidupan yang lebih bermartabat dan kesehatan yang baik," ujarnya.
Grafik masa depan yang berkelanjutan dipengaruhi oleh air, makanan dan energi. Tiga hal tersebut merupakan tantangan yang paling berat dihadapi.
"Dalam lebih satu generasi, 60 persen dari populasi dunia akan tinggal di kota dan perkotaan dengan banyak peningkatan yang terjadi di daerah kumuh dan pemukiman liar di negara berkembang," ujarnya.
Tema Hari Air Sedunia pada tahun ini "Air Untuk Perkotaan". Urbanisasi membawa peluang untuk pengelolaan air yang lebih efisien dan memperbaiki akses terhadap air minum dan sanitasi. Dalam dekade terakhir, jumlah penduduk kota yang tidak memiliki akses ke air pipa di rumah mereka adatu di sekitar mereka telah meningkat sekitar 114 juta dan jumlah dari mereka yang tidak memiliki akses ke fasilitas sanitasi paling mendasar telah meningkat 134 juta.
Kenaikan sebesar 20 persen, kata Ban Ki-Moon, telah memiliki sebuah dampak yang besar terhadap kesehatan manusia dan produktivitas ekonomi antara lain orang menjadi sakit sehingga tidak dapat bekerja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar